Kamis, 06 Desember 2012

KELUHAN UMUM SELAMA KEHAMILAN


KELUHAN UMUM SELAMA KEHAMILAN

Keluhan yang sering muncul dalam kehamilan dapat dikurangi dengan penyuluhan kesehatan dan bila sangat diperlukan dapat diberikan terapi. 
Keluhan subjektif : 
  • rasa lesu
  • mengantuk
  • nyeri kepala
Keadaan ini disebabkan oleh vasodilator perifer pada kehamilan muda sehingga menyebabkan hipotensi
Mual dan muntah 
  • Terutama di pagi hari
  • Disebabkan oleh tingginya kadar estrogen dan atau hCG
  • Kasus ringan dapat diatasi dengan makan sedikit tapi sering , menghindari makanan berlemak, pedas dan asam
Konstipasi :
  • Terutama akibat efek relaksasi otot polos progesteron
  • Absorbsi air di usus meningkat

Ptialismus
Hipersalivasi berlebihan dapat diatasi dengan pemberian extractum belladona 8 – 15 mg 4 dd 1.

Pica
  • Dapat mengganggu status gizi.
  • Diatasi dengan penjelasan yang memadai mengenai arti penting dan manfaat nutrisi yang baik selama kehamilan

Gangguan miksi
  • Bendungan vaskular pada vesika urinaria dan adanya perubahan hormon dapat merubah fungsi vesica urinaria.
  • Pada kehamilan lanjut, akibat pembesaran uterus dan tekanan bagian terendah janin yang menyebabkan penurunan kapasitas vesika urinaria dapat menyebabkan keluhan miksi semakin bertambah.
  • Disuria dan hematuria merupakan tanda adanya infeksi sehingga diperlukan tindakan diagnostik lebih lanjut dan pemberian terapi.
Varices 
Varises dapat muncul ditungkai atau vulva , terjadi akibat aliran balik vena yang terganggu oleh uterus yang membesar. Dapat diatasi dengan penggunaan “stockings” elastis dan meninggikan tungkai saat istirahat.
Terapi spesifik ( injeksi atau pembedahan) pada varises adalah merupakan kontraindikasi selama kehamilan. Varises superfisial dapat merupakan tanda adanya penyakit vena dan harus dievaluasi untuk mencegah kemungkinan trombosis.
Oedema
  • Edema generalisata yang meliputi tangan dan muka dapat merupakan tanda terjadinya preeklampsia – eklampsia.
  • Edema saat kehamilan merupakan akibat dari retensi cairan dibawa pengaruh hormon ovarium-plasenta dan steroid.
  • Pengangkatan tungkai dan ibu dalam keadaan miring dapat memperbaiki sirkulasi.
  • Pemberian diuretik merupakan kontraindikasi selama kehamilan.


Nyeri sendi , nyeri panggul dan tekanan panggul 
  • Ibu hamil sering mengeluh adanya “unstable pelvis” yang menimbulkan rasa nyeri. Penggunaan korset sekitar paha dan istirahat dapat mengurangi rasa nyeri tersebut.
  • Nyeri punggung terutama saat berbaring disebabkan oleh ketegangan otot punggung yang mengalami kontraksi terus menerus selama pasien berdiri untuk mempertahankan keseimbangan dan posisi tubuh akibat perut yang membesar.
  • Bantal punggung hangat dan menggosok punggung dapat mengurangi keluhan tersebut.
Kejang tungkai bawah
  • Kejang pada tungkai dapat disebabkan oleh kadar kalsium yang rendah atau kenaikan kadar fosfor.
  • Terapi : suplemen yang mengandung calcium phosphate, calcium carbonat atau calcium lactat.
  • Aluminium hidroksida 8 ml 3 dd 1 sebelum makan dapat memperbaiki absorbsi fosfat dan calcium.
  • Terapi simptomatik: masase, terapi panas lokal dan menggerakkan tungkai secara pasif.


Tangan dirasa ketat dan kebas
  • Acrodyesthesia dikeluhkan oleh 5% wanita hamil. Penyebab keadaan ini adalah sindroma “plexus brachialis traction” . Keluhan dirasakan saat pagi dan malam hari sebagai suatu anestesia parsial dan ganggguan propriosepsi manual.
  • Keluhan dapat juga disebabkan oleh sindroma carpal-tunnel.
cOMMON COMPLAIN 3

Keputihan :
Sekresi berlebihan dari lendir servik dan peningkatan vaskularitas vagina menyebabkan pengeluaran cairan keputihan dari vagina selama kehamilan. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan dan dapat diatasi dengan senantiasa menjaga kebersihan ( mencuci vulva setelah buang air kecil, menjaga agar kelembaban vulva tidak menjadi semakin bertambah )
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi dengan candida albican.Hal ini dipermudah dengan meningkatnya kelembaban dan suhu genitalia ibu hamil serta meningkatnya glikogen vagina sehingga baik bagi pertumbuhan jamur. Keluhan utama berupa keluarnya cairan vagina berlebihan disertai rasa gatal dan pedih. Pada kasus ini harus dilakukan pemeriksaan hapusan vagina.
Infeksi dengan trichomonas vaginalis juga sering terjadi.
Selama kehamilan juga sering terjadi vaginosis bakterial dan kejadian ini sering berkaitan dengan persalinan preterm.
Terapi candidiasis dan trichomoniasis adalah dengan clotrimazole intravagina. Meskipun tidak mengatasi infeksi pada kehamilan tetapi terapi dapat meringankan gejala dan menurunkan kemungkinan infeksi pada janin.


MASALAH KHUSUS DALAM KEHAMILAN

Masalah khusus selama kehamilan
Hubungan Seksual
  • Pada dasarnya hubungan seksual selama kehamilan dapat dilakukan kecuali bila rjadi keadaan yang patologis.
  • Hubungan seksual sebaiknya dilakukan dengan hati-hati terutama pada kehamilan 32 – 36 minggu untuk menghindari terjadinya persalinan preterm .
  • Hubungan seksual selama kehamilan sebaiknya dibatasi atau tidak diperkenankan pada kasus :
  1. Abortus iminen
  2. Riwayat persalinan prematur
  3. Ketuban pecah dini



“Berendam dan berenang”
Merendam tubuh dalam air biasanya tidak akan menyebabkan masuknya air kedalam vagina. Berenang boleh dilakukan selama kehamilan.
Pada kehamilan trimester akhir, terdapat gangguan keseimbangan tubuh ibu sehingga harus hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan saat mandi di “shower” atau di kamar mandi.


“Douching”
Tidak perlu dilakukan selama kehamilan dan merupakan tindakan yang membahayakan bagi kesehatan ibu dan kehamilannya .



Perawatan gigi
Selama kehamilan sering terjadi hipertrofi dan perdarahan gusi. Prosedur dental umum dengan atau tanpa anestesi lokal (proses tumpatan pada gigi) dapat dilakukan setiap saat dalam kehamilan.
Prosedur dental yang memakan waktu lama (pembedahan minor pada pengangkatan gigi molar III) sebaiknya ditunda sampai trimester II
Antibiotika dan analgesia dapat diberikan untuk terapi abses gigi .




Imunisasi 
Vaksinasi dengan virus hidup harus dihindarkan selama kehamilan.
American College Of Obstetrician and Gynecology memberikan rekomendasi pemberian imunisasi toksoid difteri dan tetanus selama kehamilan bila terdapat resiko terpapar pada penyakit yang bersangkutan.
Pada pasien resiko tinggi dapat diberikan vaksinasi Hepatitis B.
Vaksin campak, varicella , rubela dan parotitis diberikan 3 bulan sebelum kehamilan.
Pemberian imunoglobulin diberikan pada pasien hamil yang terpapar dengan campak, hepatitis A dan B, tetanus, varicella atau rabies.


Pakaian
Pada kehamilan lanjut sebaiknya dikenakan pakaian hamil konvensional yang longgar dan penutup dada dengan ukuran yang tepat. Korset khusus untuk kehamilan jarang diperlukan kecuali untuk mengatasi rasa nyeri punggung dan kekendoran dinding abdomen yang terlampau hebat.
Wanita hamil sebaiknya mengenakan sepatu beralas rata dan bukan bertumit tinggi.


Olahraga 
Wanita hamil boleh melakukan aktivitas olah raga sedang, namun harus diimbangi dengan istirahat 1 – 2 jam disiang hari.
Olah raga berbahaya atau olah raga berat harus dihindarkan selama kehamilan.
Senam aerobik yang diikuti sebaiknya yang diperuntukkan bagi wanita hamil.
Target nadi harus sesuai dengan usia dan berat badan. Perhatikan keamanan persendian saat melakukan olah raga.


Pekerjaan
Wanita hamil harus diberi kesempatan untuk melanjutkan kegiatan profesinya selama kehamilan dengan catatan bahwa kegiatan profesi tersebut tidak membahayakan bagi proses kehamilannya. Pekerjaan yang memerlukan kegiatan fisik berlebihan harus dinilai oleh ahli obstetri atau ahli kesehatan kerja secara cermat.
Kegiatan fisik ibu hamil berlebihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dan cadangan jantung yang menyebabkan berkurangnya aliran uteroplasenta.


“Travelling”
Berpergian jauh dengan mobil, kereta api atau pesawat terbang pada umumnya tidak mengganggu kehamilan
Wanita hamil sebaiknya menghindari berpergian jauh dan memakan waktu lama, terutama pada pasien dengan riwayat abortus, persalinan preterm, dan perdarahan pervaginam.

Senin, 26 November 2012

5 Mitos Detak Jantung Kita


Selama ini, kebanyakan dari kita mungkin tidak selalu memperhatikan akan aktivitas tanpa henti jantung kita, sekitar seratus ribu denyut per hari, atau sekitar tiga puluh tujuh juta per tahun dan tiga miliar kali rata-rata seumur hidup kita.
Namun tidak selalu demikian. Kadang denyut nadi anda tiba-tiba bertambah kencang tanpa alasan yang jelas. Mungkin jantung anda berdegup kencang. Mungkin tampak berdebar atau kelewatan satu detakan. Saat itu terjadi, mungkin Anda akan berpikir, apakah ini normal?
Ini bisa jadi sebuah pertanyaan yang membingungkan, terutama jika Anda tidak tahu fakta-fakta seputar detak dan irama jantung. Berikut adalah lima mitos umum tentang hal ini, dan tentu saja masing-masing faktanya yang saya sadurkan dari “5 Heart Rate Myths Debunked”.
Mitos 1: Detak jantung tak menentu berarti Anda mengalami serangan jantung.
Hampir tidak pernah demikian. Cukup umum bagi Anda untuk merasa berdebar-debar, detak yang berubah-ubah, atau melewatkan sebuah detakan dari waktu ke waktu. Jika Anda memantau irama jantung seseorang dalam jangka waktu yang cukup panjang, hampir setiap orang akan menunjukkan detak jantung yang terlewatkan atau tertambahkan (detak ekstra) yang kadang-kadang muncul. Sangat jarang bagi keadaan ini (yang tanpa dibarengi oleh nyeri dada atau napas memendek) mengindikasikan bahwa sedang terjadi serangan jantung.
Jika ada detak yang sesekali terasa terlewatkan, atau jantung terasa terpacu dan melambat tanpa alasan yang jelas belakangan ini, atau perasaan berdebar-debar menjadi cukup sering, maka sensasi-sensasi ini mungkin mengarah ke irama jantung yang abnormal (aritmia).
Sebagian besar aritmia tidak bersifat mengancam, namun ini bukan bermakna bahwa Anda bisa mengabaikan keberadaannya. Beberapa jenis aritmia meningkatkan risiko stroke, gagal jantung dan kematian tiba-tiba. Jadi adalah tindakan bijak untuk melakukan konsultasi dengan dokter anda jika ada dirasakan detak jantung yang tidak menentu (khususnya jika baru terjadi atau sering terjadi) – bahkan jika tidak ada gejala-gejala yang mengganggu sekalipun.
Pelbagai aritmia dapat memengaruhi serambi-serambi jantung (atria) atau – lebih buruk lagi, namun lebih jarang – bilik-bilik jantung (ventrikel). Aritmia atrial yang paling paling sering – fibriliasi atrial – menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan, dan membuat kemungkinan stroke menjadi lebih tinggi. Fibrilasi atrial seringkali menyebabkan detak jantung yang semakin cepat, namun juga bisa menyebabkan detak jantung melambat atau tidak berubah sama sekali. Pemeriksaan EKG dapat membantu mendiagnosis fibrilasi atrial.
Mitos 2: Nadi yang cepat berarti Anda tertekan.
Stres dapat meningkatkan denyut jantung istirahat anda, terkadang menukik hingga melebihi 100 kali per menit, sebuah kondisi yang dikenal dengan takikardia. Namun merokok atau mengonsumsi kafein berlebihan juga bisa menyebabkan ini. Demikian juga halnya dengan dehidrasi, demam, anemia, dan penyakit tiroid.
Jika tidak ada penyebab yang jelas, setiap orang yang mengalami takikardia saat beristirahat sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Bahkan detak jantung yang berada di ambang batas atas normal bisa menandakan adanya masalah kesehatan.
Detak jantung istirahat, bisa Anda ukur melalui denyut nadi anda ketika dalam kondisi rileks dan tidak melakukan aktivitas yang membebani tubuh secara berlebihan sesaat sebelumnya. Frekuensi denyut nadi yang baik adalah tidak melebihi  rerata 85 kali per menit. Namun jika denyut nadi istirahat anda melebihi 85 kali per menit tanpa ada alasan yang jelas untuk itu, maka penyebab dari sisi kesehatan sebaiknya diselidiki.
Pada beberapa kasus takikardia melambungkan denyut jantung – hingga melebihi 200 kali per menit – memberikan banyak gejala seperti napas memendek (terengah-engah), nyeri dada, pusing berputar, dan pingsan.
Jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, denyut jantung istirahat yang berkisar atau lebih tinggi dari 130 kali per menit dapat melemahkan kemampuan pompa jantung. Perbaikan untuk pelemahan ini bisa terjadi bila Anda mampu mendapatkan denyut jantung istirahat yang normal kembali. Di dalam dunia medis, kondisi ini sering dicapai melalui terapi obat-obatan atau prosedur yang memberikan kejut elektrik pada jantung. Beberapa pasien – terutama di negara-negara maju – diberikan penghancuran target terhadap area kecil pada jaringan jantung di mana aritmia berasal guna membenahi kondisi pasien.
Mitos 3: Detak jantung istirahat yang normal berkisar antara 60 – 100 kali per menit
Ya memang benar itu adalah rentang normal denyut jantung pada dewasa. Namun semakin mendekati batas atas nilai normal itu berarti semakin besar kemungkinan bagi masalah kesehatan yang serius.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bahkan pada rentang normal sekalipun, nilai detak jantung istirahat yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit iskemik jantung, stroke, dan kematian jantung mendadak.
Para peneliti Norwegia baru-baru ini melaporkan bahwa setiap peningkatan 10 denyutan pada detak jantung istirahat per menitnya, risiko kematian akibat suatu serangan jantung meningkat 18% pada perempuan dan 10% pada laki-laki. Penelitian di Jepang baru-baru ini menunjukkan denyut jantung istirahat yang melebihi 80 kali per menit dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk menjadi kegemukan (obesitas) atau penyakit jantung berpuluh tahun mendatang. Diabetes dan kegemukan adalah dua faktor risiko bagi masalah jantung.
Penelitian-penelitian itu tidak membuktikan bahwa denyut jantung istirahat yang tinggi menyebabkan serangan jantung, obesitas ataupun diabetes. Pun demikian ini adalah sebuah pertimbangan untuk faktor risiko.
Jadi, kira-kira berapa tinggi batasnya untuk dikatakan terlalu tinggi? Sebenarnya tidak ada kesepakatan yang absolut mengenai nilainya, namun sebagian besar dokter setuju bahwa detak jantung istirahat yang berada di ambang batas tinggi tidaklah ideal.
Menghitung Denyut Nadi
Untuk mengukur denyut nadi anda, tekankan jari telunjuk dan jari tengah di atas pergelangan tangan satunya lagi, tepat di bawah ibu jari. Tekan dengan lembut sampai anda merasakan denyut anda. Hitunglah denyutan selama satu menit penuh, atau mungkin menghitung dalam 30 detik kemudian hasilnya dikalikan dua. Guna mendapatkan denyut jantung istirahat yang tepat, setidaknya duduklah hening selama 10 menit sebelum mulai memeriksa denyut nadi anda.
Mitos 4: Detak jantung yang lambat berarti jantung lemah
Beberapa orang mungkin berpikir, atau barangkali bahwa mendengar jika detak jantung istirahat mereka terlalu lambat, maka mereka sedang menghadapi kemungkinan bahwa jantung mereka akan berhenti sama sekali. Namun fakta, hal ini cenderung sebaliknya.
Jantung adalah kumpulan otot, sebagaimana otot-otot lainnya, ia tumbuh menjadi kuat dengan latihan. Semakin kuat otot jantung, maka semakin efesien ia bekerja, memerlukan lebih sedikit detakan guna memompa darah ke seluruh tubuh. Jadi jantung dengan detak jantung istirahat di bawah 60 kali per menit (dikenal sebagai bradikardia) cenderung adalah jantung yang kuat dan sehat. Itulah mengapa atlet yang terlatih sering kali memiliki detak jantung istirahat antara 40 – 60 detak per menit.
Biasanya jika orang-orang memiliki detak jantung istirahat yang lambat tanpa ada gangguan kesehatan yang bermakna, maka hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Namun pada manula, bradikardia (yang bahkan tidak menunjukkan gejala) bisa jadi sebenarnya menandakan masalah jantung. Obat-obatan tertentu seperti penyekat beta dan beberapa obat lainnya juga dapat menyebabkan bradikardia. Kondisi ini jika tidak sehat menimbulkan gejala-gejala seperti lelah, pusing dan pingsan.
Mitos 5: Oleh karena detak jantung saya normal, maka tekanan darah saya pastilah normal.
Tidak ada hubungan yang sederhana antara detak jantung (yang diukur melalui denyut nadi dalam denyut/detak per menit) dan tekanan darah (yang diukur dalam milimeter air raksa).
Seseorang bisa saja memiliki detak jantung yang normal, sementara juga memiliki tekanan darah yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang detak jantung yang tidak normal, bisa saja memiliki tekanan darah yang normal. Olahraga berat secara tajam meningkatkan laju detak jantung anda, namun mungkin hanya meningkatkan tekanan darah secukupnya saja.
Akan bagus jika Anda memiliki detak jantung dan juga tekanan darah yang normal.

Mengukur Tekanan Darah

A.Topik : Mengukur Tekanan Darah

B.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk : 
•Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung
•Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, dan perbedaan besar antara tekanan arteri dan tekanan vena

C.Dasar Teori 
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri.Karena jantung secara ritmik berkontraksi dan relaksasi, maka hasil aliran darah secara ritmik juga mengalir ke dalam arteri, menyebabkan tekanan darah naik turun pada setiap denyutan.Jadi pada arteri akan terjadi dua macam tekanan darah, yaitu tekanan sistol dan tekanan diastol.Tekanan sistol adalah tekanan darah di dalam arteri pada puncak penyemprotan ventrikular, sedangkan tekanan diastol merefleksikan tekanan darah selama relaksasi ventrikular. Tekanan darah dinyatakan dalam mmHg, dengan tekanan sistolik dinyatakan pertama, dan tekanan distolik yang kedua. Tekanan darah 120/80 mmHg, diartikan bahwa tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan darah normal bervariasi dari satu orang ke orang lain.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sphygmomanometer yang dibaca dengan metode auskulatori. Alat ini terdiri dari suatu mancet yang dibebatkan pada lengan atas dan dipompa ke tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan sistolik untuk menutup sirkulasi ke lengan bawah. Tekanan mancet secara bertahap dikurangi, pengukur mendengarkan dengan suatu stetoskop untuk suara khas yang disebut ”suara Koratkoff”, yang menunjukkan pembukaan kembali aliran darah ke lengan bawah. Tekanan yang ditunjukkan bersamaan dengan terdengarnya suara denyutan lemah pertama, dicatat sebagai tekanan sistole. Apabila tekanan mancet terus dikurangi, maka aliran darah menjadi lebih lancar dan suara menjadi lebih keras. Kalau tekanan mancet terus dikurangi sampai di bawah tekanan diastolik, maka arteri tidak lagi tertekan, dan darah akan mengalir bebas tanpa hambatan.Tekanan yang ditunjukkan bersamaan dengan saat hilangnya suara karatkoff, dicatat sebagai tekanan diastolik.

D.Alat dan Bahan
•Stetoskop
•Sphygmomanometer
•Alkohol 70%
•kapas
E.Cara Kerja
1.Mengukur Tekanan Arteri 
Mengerjakan secara berpasangan

Ujung stetoskop untuk telinga dibersikan dengan alkhohol 70%

Subyek dengan posisi yang enak dengan satu lengan ditumpangkan diatas meja

Mancet dibebat pada lengan atas subyek persis diatas siku, dengan bagian untuk dipompa berada di tengah-tengah permukaan lengan

Meraba titik denyut nadi bronchial, kemudian meletakan diaphragma stetoskop diatas titik denyut nadi tersebut, dan memasang stetoskop pada telinga

Memompa manset sampai tekanannya mencapai kurang lebih 160 mmHg, kemudian secara prlahan-lahan menurunkan tekanan dengan ,embuka katup pembebas tekanan, sambil mengamati ukuran tekanan, sambil mendengarkan hati-hati suara denyutan halus pertama yan muncul. Tekanan dimana terdengar suara halus pertama ini dikenal sebgai tekanan sistol, suara berikutnya lebih keras

Menurunkan tekanan pada manset sambil tetap mendengarkan suara denyyutan. Bila suara denyutan menghilang, mencatat pada tekanan beberapa mmHg saat suara terakhir terdengar. Tekanan ini menunjukan tekanan diastole.

Mengulangi pengukuran seperti diatas sampai tiga kali

Mencatat hasilnya

Menghitung tekanan denyutan pada setiap penguran tekanan diastole yang merupakan selisih tekanan systole dengan tekanan diastole, tekanan denyutan ini menunjukan jumlah darah yang di tekan keluar jantung siklus jantung.


2. Memperkirakan tekanan vena
Meminta subyek berdiri dekat papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah kanan menghadap ke papan tulis, lengan tergantung pada sisi tubuh. Menandai pada papan perkiraan ketinggian atrium kanan.

Meminta subyek dengan pelan-pelan menaikan dan menurunkan lengan kanannya, dan mengamati vena superficial pada bagian dorsal lengan tersebut. Vena akan muncul dan menghilang selama subyek menurukan dan menaikan lengannya.

Ulangi sampai menemukan ketinggian yang tepat, saat menghilangnya vena beri tanda pada papan tulis.

Mengukur dalam mm jarak vertical antara ketinggian artrium kanan dengan menghilangnya vena, misalnya x mm.

Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat menghitung dengan rumus sebagai berikut:
Pv = 1,056 × x
13,6
Keterangan: 
1,056 = gaya barat khusus darah
13,6 =gaya berat khusus Hg 
Tekanan normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg; Tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg

Mengukur Tekanan Darah

A.Topik : Mengukur Tekanan Darah

B.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk : 
•Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung
•Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, dan perbedaan besar antara tekanan arteri dan tekanan vena

C.Dasar Teori 
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri.Karena jantung secara ritmik berkontraksi dan relaksasi, maka hasil aliran darah secara ritmik juga mengalir ke dalam arteri, menyebabkan tekanan darah naik turun pada setiap denyutan.Jadi pada arteri akan terjadi dua macam tekanan darah, yaitu tekanan sistol dan tekanan diastol.Tekanan sistol adalah tekanan darah di dalam arteri pada puncak penyemprotan ventrikular, sedangkan tekanan diastol merefleksikan tekanan darah selama relaksasi ventrikular. Tekanan darah dinyatakan dalam mmHg, dengan tekanan sistolik dinyatakan pertama, dan tekanan distolik yang kedua. Tekanan darah 120/80 mmHg, diartikan bahwa tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan darah normal bervariasi dari satu orang ke orang lain.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sphygmomanometer yang dibaca dengan metode auskulatori. Alat ini terdiri dari suatu mancet yang dibebatkan pada lengan atas dan dipompa ke tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan sistolik untuk menutup sirkulasi ke lengan bawah. Tekanan mancet secara bertahap dikurangi, pengukur mendengarkan dengan suatu stetoskop untuk suara khas yang disebut ”suara Koratkoff”, yang menunjukkan pembukaan kembali aliran darah ke lengan bawah. Tekanan yang ditunjukkan bersamaan dengan terdengarnya suara denyutan lemah pertama, dicatat sebagai tekanan sistole. Apabila tekanan mancet terus dikurangi, maka aliran darah menjadi lebih lancar dan suara menjadi lebih keras. Kalau tekanan mancet terus dikurangi sampai di bawah tekanan diastolik, maka arteri tidak lagi tertekan, dan darah akan mengalir bebas tanpa hambatan.Tekanan yang ditunjukkan bersamaan dengan saat hilangnya suara karatkoff, dicatat sebagai tekanan diastolik.

D.Alat dan Bahan
•Stetoskop
•Sphygmomanometer
•Alkohol 70%
•kapas
E.Cara Kerja
1.Mengukur Tekanan Arteri 
Mengerjakan secara berpasangan

Ujung stetoskop untuk telinga dibersikan dengan alkhohol 70%

Subyek dengan posisi yang enak dengan satu lengan ditumpangkan diatas meja

Mancet dibebat pada lengan atas subyek persis diatas siku, dengan bagian untuk dipompa berada di tengah-tengah permukaan lengan

Meraba titik denyut nadi bronchial, kemudian meletakan diaphragma stetoskop diatas titik denyut nadi tersebut, dan memasang stetoskop pada telinga

Memompa manset sampai tekanannya mencapai kurang lebih 160 mmHg, kemudian secara prlahan-lahan menurunkan tekanan dengan ,embuka katup pembebas tekanan, sambil mengamati ukuran tekanan, sambil mendengarkan hati-hati suara denyutan halus pertama yan muncul. Tekanan dimana terdengar suara halus pertama ini dikenal sebgai tekanan sistol, suara berikutnya lebih keras

Menurunkan tekanan pada manset sambil tetap mendengarkan suara denyyutan. Bila suara denyutan menghilang, mencatat pada tekanan beberapa mmHg saat suara terakhir terdengar. Tekanan ini menunjukan tekanan diastole.

Mengulangi pengukuran seperti diatas sampai tiga kali

Mencatat hasilnya

Menghitung tekanan denyutan pada setiap penguran tekanan diastole yang merupakan selisih tekanan systole dengan tekanan diastole, tekanan denyutan ini menunjukan jumlah darah yang di tekan keluar jantung siklus jantung.


2. Memperkirakan tekanan vena
Meminta subyek berdiri dekat papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah kanan menghadap ke papan tulis, lengan tergantung pada sisi tubuh. Menandai pada papan perkiraan ketinggian atrium kanan.

Meminta subyek dengan pelan-pelan menaikan dan menurunkan lengan kanannya, dan mengamati vena superficial pada bagian dorsal lengan tersebut. Vena akan muncul dan menghilang selama subyek menurukan dan menaikan lengannya.

Ulangi sampai menemukan ketinggian yang tepat, saat menghilangnya vena beri tanda pada papan tulis.

Mengukur dalam mm jarak vertical antara ketinggian artrium kanan dengan menghilangnya vena, misalnya x mm.

Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat menghitung dengan rumus sebagai berikut:
Pv = 1,056 × x
13,6
Keterangan: 
1,056 = gaya barat khusus darah
13,6 =gaya berat khusus Hg 
Tekanan normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg; Tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg

Jumat, 23 November 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, serta pengaturan posisi.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan body mekanik?
2.      Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
4.      Apa saja pengaturan posisi dalam cakupan mekanisme tubuh (Body Mekanik) ?

C. TUJUAN PENULISAN
1.      Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik
2.      Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik
3.      Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
4.      Menjelaskan apa saja pengaturan posisi dalam mekanika tubuh.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Body Mekanik dan Posisi
Mekanik tubuh adalah usaha koordinasi diri muskoloskeletal dan sistem syaraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
a.       Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
b.   Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
c.   Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf. 
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
a.   Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
b.   Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang  salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,  misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

2.  Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
a.   Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
·         Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
·         Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.
·         Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
b.   Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
c.   Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

3. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
a.      Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda.  Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b.      Menahan (squating)
Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerak yang akan dilakukan. Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c.       Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan tubuh sewaktu menarik, sodorkan telapak dan tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
d.      Mengangkat (lifting)
Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh bagian belakang
e.       Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik
1)      Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
2).  Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3).   Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4).   Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5).   Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6).   Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.

5.      Pengaturan posisi
1.      Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara pelaksanaan :
1)   Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2)      Dudukkan pasien
3)      Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi fowler (90°) dan semifowler ( 30-45° )
4)      Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
2.      Posisi sims
Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus.
Cara pelaksanaan :
1)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan
2)      Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri dengan posisi badan setengah telungkup, maka lutu kaki kiri diluruskan serta paha kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri dibelakang punggung dan tangan kanan didepan kepala.
3)      Bila pasien miring posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, sedangakan lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan kanan dibelakang punggung dan tangan kiri didepan kepala.
3.      Posisi trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah daripada bagian kaki.
 Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak. Adalah posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Cara pelaksanaan :
1)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2)      Pasien dalam keadaan berbaring terlentang. Letakkan badan diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien. Serta berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3)      Pada bagian kaki tempat tidur, Berikan balok penopang atau atur tempat tidur secara khusus dan meninggikan bagian kaki pasien
4.      Posisi dorsal recumbent
Adalah Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutu seleksi ( ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan.


Cara pelaksanaan :
1)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2)      Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.
3)      Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ketempat tidur dan
4)      renggangkan kedua kaki
5)      Pasang selimut
5.      Posisi litotomi
Adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa generalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.
Cara pelaksanaan :
1)      Jelaskan Pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2)      Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik kearah perut.
3)      Tungkai bawah membentuk sudut 90° terhadap paha.
4)      Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5)      Pasang selimut
6.    Posisi genu pectural
Kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memerikasa daerah rectum dan sigmoid.
 Cara pelaksanaan :
1)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2)      Anjurkan pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua lutut kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur  tempat tidur
3)      Pasang selimut pada pasien
7.    Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a.       Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b.      Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.


Peralatan :
a.       Tempat tidur
b.      Bantal angin
c.       Gulungan handuk
d.      Footboard
e.       Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1.         Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan  transmisi mikroorganisme.
2.         Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan  klien untuk posisi yang tepat.
3.         Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4.         Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.         Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan  yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6.         Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7.         Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8.         Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.         Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
8.    Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a.       Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal
b.      Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Footboard
5.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3.      Naikkan kepala bed 90
4.      Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5.      Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
6.      Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
7.      Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul.
8.      Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
9.    Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1.      Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2.      Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3.      Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.

Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk  posisi yang tepat.
3.      Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat  tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4.      Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5.      Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6.      Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
7.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.

9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
10.  POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1.      Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
2.      Baik untuk posisi tidur dan istirahat
3.      Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3.      Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4.      Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5.      Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6.      Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.
7.      Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas   terhadap kaki bawah.
8.      Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling  ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
9.       Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.   Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan





























BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1.      Gravitasi
2.      Keseimbangan
3.      Berat
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.  Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya Gerakan ( ambulating ), Menahan ( squating ), Menarik ( pulling ), Mengangkat (lifting ), dan Memutar ( pivoting ).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah Status kesehatan, Nutrisi, Emosi, Situasi dan Kebiasaan, Gaya Hidup, dan Pengetahuan.

B. SARAN
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.






DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
http://anaa-ziiyah.blogspot.com/2012/04/body-mekanik-dan-posisi.html
http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/body-mekanik-dan-posisi.html
http://anisaoktiawati.blogspot.com/2011/11/body-mekanik.html#!/2011/11/body-    mekanik.html