BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan
mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan
gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti
pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan
tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan
system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan
unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup
sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara
optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi
baik.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip
body mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, serta pengaturan posisi.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan body mekanik?
2.
Bagaimana
prinsip-prinsip body mekanik?
3.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
4.
Apa saja pengaturan posisi dalam cakupan mekanisme
tubuh (Body Mekanik) ?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Mendeskripsikan tentang pengertian body
mekanik
2.
Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip
body mekanik
3.
Mendeskripsikan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
4.
Menjelaskan apa saja pengaturan posisi dalam
mekanika tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Body Mekanik dan
Posisi
Mekanik tubuh adalah usaha
koordinasi diri muskoloskeletal dan sistem syaraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar
yaitu :
a.
Body
Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian
tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
b. Balance
/ Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada
interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
c. Koordinated
Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi
dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
Penggunaan mekanika tubuh secara
benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat
ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
a. Terjadi
ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
b. Resiko
terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat
dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang
benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai
kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde
keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan
objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh.
Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan
tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran
tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
a. Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus
diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang
gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu
diperhatikan dalam gravitasi:
·
Pusat
gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
·
Garis
gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal
melalui pusat gravitasi.
·
Dasar
tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam
keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
b. Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan
mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi
diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
c. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh
yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena
berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
3. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika
Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan
bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh,
terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
a.
Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu
keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan
saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi
selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu
fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan
berirama.
b.
Menahan (squating)
Dalam menahan sangat
diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerak yang akan dilakukan. Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok
dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang
perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan
tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c.
Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan
untuk memindahkan benda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum menarik benda diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan
tubuh sewaktu menarik, sodorkan telapak dan tangan dan lengan atas di bawah
pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakan pada permukaan tempat
tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
d.
Mengangkat (lifting)
Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha
bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa
sakit pada tubuh bagian belakang
e.
Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk
memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang
baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi
pengaruh buruk pada postur tubuh.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik
1) Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat
mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan
koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
2).
Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh
adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi
bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami
fraktur.
3).
Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang
mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan
mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4).
Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan
seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5).
Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup
seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan
kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara
sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
6).
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap
penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya
dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan
seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
5.
Pengaturan posisi
1.
Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau
duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikkan.
Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan
pasien.
Cara pelaksanaan :
1)
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
2) Dudukkan pasien
3) Berikan
sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi fowler
(90°) dan semifowler ( 30-45° )
4) Anjurkan pasien
untuk tetap berbaring setengah duduk
2.
Posisi sims
Adalah Posisi miring kekanan atau
kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi kenyamanan dan untuk memberikan
obat melalui anus.
Cara pelaksanaan :
1) Jelaskan pada
pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan
2) Pasien dalam keadaan
berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri dengan posisi badan setengah
telungkup, maka lutu kaki kiri diluruskan serta paha kanan ditekuk diarahkan ke
dada. Tangan kiri dibelakang punggung dan tangan kanan didepan kepala.
3) Bila pasien
miring posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, sedangakan lutut
dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan kanan dibelakang punggung
dan tangan kiri didepan kepala.
3.
Posisi trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah
daripada bagian kaki.
Tujuan :
Posisi ini
digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak. Adalah posisi pasien berbaring
ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi
ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Cara
pelaksanaan :
1) Jelaskan pada
pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Pasien dalam
keadaan berbaring terlentang. Letakkan badan diantara kepala dan ujung tempat
tidur pasien. Serta berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3) Pada bagian
kaki tempat tidur, Berikan balok penopang atau atur tempat tidur secara khusus
dan meninggikan bagian kaki pasien
4.
Posisi dorsal recumbent
Adalah Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutu seleksi ( ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
memeriksa genitalia serta proses persalinan.
Cara
pelaksanaan :
1) Jelaskan pada
pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Pasien dalam
keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.
3) Tekuk lutut,
renggangkan paha, telapak kaki menghadap ketempat tidur dan
4) renggangkan
kedua kaki
5) Pasang selimut
5.
Posisi litotomi
Adalah posisi berbaring terlentang
dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut. Posisi ini
dilakukan untuk memeriksa generalia pada proses persalinan dan memasang alat
kontrasepsi.
Cara
pelaksanaan :
1) Jelaskan Pada
pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Pasien dalam
keadaan berbaring terlentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik kearah
perut.
3) Tungkai bawah
membentuk sudut 90° terhadap paha.
4) Letakkan bagian
lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5) Pasang selimut
6.
Posisi genu pectural
Kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk memerikasa daerah rectum dan sigmoid.
Cara pelaksanaan :
1) Jelaskan pada
pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2) Anjurkan pasien
untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua lutut kaki ditekuk
dan dada menempel pada kasur tempat tidur
3) Pasang selimut
pada pasien
7.
Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan
kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a. Untuk klien
post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi
masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Peralatan
:
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan
(bila diperlukan)
Prosedur kerja
1.
Cuci tangan dengan menggunakan sarung
tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.
Baringkan klien terlentang mendatar
ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3.
Letakkan bantal dibawah kepala, leher
dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah
kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4.
Letakkan bantal kecil dibawah punggung
pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah
terjadinya
fleksi lumbal.
5.
Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari
lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel,
mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6.
Topang telapak kaki klien dengan
menggunakan footboard.
Mempertahankan
telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7.
Jika klien tidak sadar atau mengalami
paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan
atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat
menyebabkan fleksi bahu.
8.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.
Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan
8.
Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien
duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a. Untuk membantu
mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal
b. Membantu klien
yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan
:
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan
(bila diperlukan)
Prosedur kerja
:
1. Cuci tangan
dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Minta klien
untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah
saat kepala dinaikkan.
3. Naikkan kepala
bed 90
4. Letakkan bantal
kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5. Letakkan bantal
dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar,
lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya
hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
6. Pastikan tidak
ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu
klien supaya tidak melorot kebawah.
7. Letakkan
gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada
pinggul.
8. Topang telapak
kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9. Lepaskan sarung
tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
9.
Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan
kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Memberikan
ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi
kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan
drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan
:
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan
(bila diperlukan)
Prosedur kerja
:
1. Cuci tangan
dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien
terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien
dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan
tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi
pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala
klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari
mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan
fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal
kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita)
dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien
wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan
dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal
dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi,
memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
7. Jika klien
tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi
ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
8. Jika klien
tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi
ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak
diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung
tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
10. POSISI LATERAL
(SIDE LYING)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi
bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Mengurangi
lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
2. Baik untuk
posisi tidur dan istirahat
3. Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan
:
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan
(bila diperlukan)
Prosedur kerja
:
1. Cuci tangan
dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien
terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3. Gulingkan klien
hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4. Letakkan bantal
dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5. Fleksikan bahu
bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut.
Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi
bahu.
6. Letakkan bantal
dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta
penekanan pada dada.
7. Letakkan bantal
dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki.
Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki
bawah.
8. Letakkan
bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke
belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf
untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi
merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan
tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan
keseimbangan selama aktivitas.
Prinsip yang
digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1.
Gravitasi
2.
Keseimbangan
3.
Berat
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, di antaranya Gerakan ( ambulating ), Menahan (
squating ), Menarik (
pulling ), Mengangkat (lifting ), dan Memutar ( pivoting ).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya
adalah Status
kesehatan, Nutrisi, Emosi, Situasi dan
Kebiasaan, Gaya Hidup, dan Pengetahuan.
B.
SARAN
Demikian makalah yang telah
kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih
bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan
khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
http://anaa-ziiyah.blogspot.com/2012/04/body-mekanik-dan-posisi.html
http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/body-mekanik-dan-posisi.html
http://anisaoktiawati.blogspot.com/2011/11/body-mekanik.html#!/2011/11/body- mekanik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar